Rabu, 05 Oktober 2011

Kota Kalong, Kota Kelahiranku


Menyebut nama Kabupaten Soppeng, maka yang terbayang adalah sejumlah kalong (kelelawar) yang bergelantungan di atas pohon tepat di jantung kota Watan Soppeng.
Watan Soppeng adalah salah satu kota kabupaten tercantik di Provinsi Sulawesi Selatan. Suasana di dalam kota tampak teduh, karena hampir semua ruas  jalan dipenuhi oleh pohon asam dan jenis pohon lainnya yang berjejer di sisi  kiri dan kanan jalan. Kota  kecil dan berhawa sejuk ini berada di pegunungan dengan ketinggian 200 meter di  atas permukaan laut.

Kota Watan Soppeng memiliki keunikan yang sangat mengagumkan, sehingga ia dijuluki sebagai “Kota Kalong” atau “Kota  Pekalongan” (bukan nama kota  yang ada di Pulau Jawa). Pengunjung jangan terkejut ketika memasuki jantung Kota Watan Soppeng, karena akan mencium bau khas yang sangat menyengat hidung.

BAU menyengat khas kelelawar atau biasa disebut kalong, langsung menusuk hidung begitu kendaraan memasuki Watansoppeng, ibu kota Kabupaten Soppeng (150 kilometer utara Makassar). Bau ini akan makin menusuk hidung bila berada tepat di bawah pepohonan yang ada di sekitar masjid raya Darussalam yang berada di jantung kota. Suara ribut dan berisik yang khas dari ribuan kalong tidak pernah berhenti.

SAAT petang menjelang malam, kalong-kalong ini pun terbang meninggalkan pepohonan tempatnya bersarang dengan suara gemuruh yang lebih ramai. Kadang, saat ribuan kalong ini terbang, langit seperti tertutup bayangan hitam. Pada subuh menjelang pagi, kalong-kalong itu kembali ke sarang mereka dengan suaranya yang tetap ingar-bingar, seakan membangunkan warga sekitar untuk segera memulai aktivitasnya.
Pemandangan seperti ini bukan sesuatu yang baru dan akan terlihat setiap hari di Watansoppeng.

Tidak ada penduduk sekitar yang tahu persis kapan tepatnya kalong-kalong ini mulai bersarang di pohon-pohon tersebut. Kisah kehadiran kalong-kalong ini di kota Soppeng menjadi ragam cerita. Mulai dari yang bersifat magis sampai yang berbau takhayul. Namun, semua menambah khazanah keunikan kehadiran kalong tersebut. Masyarakat meyakini keberadaan kalong-kalong ini sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Tak heran, Soppeng akrab dengan sebutan "kota kalong". Bahkan, kalong ini sendiri merupakan pemandangan unik yang sudah menjadi ciri khas Soppeng sejak dulu. Saya pernah bertanya kepada nenek saya, kapan datangnya kelelawar itu? Tapi beliau juga tidak tahu karena kelelawar itu sudah ada sebelum nenek saya lahir.

Masyarakat Soppeng meyakini betul bahwa kalong itu bukanlah sekadar bersarang begitu saja di jantung Kota Soppeng, tetapi juga sebagai penjaga kota. Atas keyakinan itu, masyarakat pun tak pernah mengusik keberadaan satwa tersebut. Bahkan, masyarakat juga percaya kalong-kalong itu akan menjadi pertanda dan penyampai kabar tentang sesuatu yang baik dan buruk yang akan terjadi di kota itu.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, bila kalong-kalong ini pergi meninggalkan sarangnya dan tidak kembali, berarti akan ada bencana atau kejadian serupa yang akan menimpa masyarakat dan Kota Soppeng. Setidaknya hal seperti sudah terbukti beberapa kali. Menurut cerita, suatu ketika kalong-kalong ini meninggalkan kota soppeng yang ternyata kemudian terjadi serbuan musuh yang menyerang kota soppeng (kerajaan soppeng waktu itu). 

Kalong-kalong ini pun pernah marah. Sekitar tahun 1990-an, pemerintah menebang sebuah pohon besar untuk lokasi sebuah kantor. Pohon yang ditebang ini diyakini sebagai rumah tinggal pemimpin kalong. Setelah penebangan pohon ini, kalong-kalong itu pergi dan tidak kembali. Tak lama setelah itu, kebakaran besar melanda Soppeng dan menghanguskan hampir seluruh pasar sentral yang tidak jauh dari sarang kalong tersebut. Dan butuh waktu lama untuk menunggu hingga kalong-kalong itu mau kembali. Kawanan satwa itu baru mau kembali setelah "dipanggil" melalui sebuah upacara dan pemotongan kerbau.

Ada juga mitos yang berkembang di  kalangan masyarakat Soppeng bahwa jika seorang pengunjung terkena kotoran  kalong-kalong tersebut, maka ia akan mendapatkan gadis atau pemuda Kota Watan Soppeng. 
Percaya atau tidak, begitulah yang dituturkan sejumlah warga. Hal ini dipercayai masyarakat karena banyaknya kejadian yang telah terbukti. Bisa jadi hal tersebut karena kebetulan saja, bagaimanapun, rezeki, jodoh dan maut adalah ketentuan Allah SWT. Kehadiran kelelawar yang banyak memberikan isyarat atau tanda kadang menjadi pembicaraan khusus lantaran ketepatan ramalannya. Tentu saja hal itu bergantung pada keyakinan individunya; boleh percaya, boleh tidak! Anda penasaran dengan mitos tersebut? Kunjungilah kota ini untuk membuktikannya!

KALONG, dengan bau dan suaranya yang khas, sebenarnya hanyalah salah satu dari sekian banyak hal menarik yang bisa ditemui saat berkunjung ke Soppeng. Soppeng sendiri sebenarnya bukanlah kabupaten yang terlalu istimewa di Sulawesi Selatan (Sulsel). Tidak besar, tidak kecil, tidak ramai, tetapi juga tidak sepi sekali. Satu hal yang pasti, kota ini punya keunikan dan keindahan tersendiri.
Soppeng berada di pegunungan dan dikelilingi pegunungan. Namun, iklimnya tidak terlalu dingin seperti daerah pegunungan umumnya. Sejauh mata memandang yang tampak hanyalah pegunungan dengan hamparan sawah seperti karpet hijau di bawahnya.

Dari Kota Makassar, perjalanan ke Soppeng dapat ditempuh antara empat hingga lima jam. Pemandangan menarik sudah dapat dilihat sejak memasuki daerah perbatasan Kabupaten Barru-Soppeng. Sejak perbatasan kedua daerah ini, kendaraan memang mulai mendaki dan mengitari gunung. Praktis sepanjang jalan yang terlihat hanyalah hamparan pegunungan dan sawah nan hijau serta rumah-rumah penduduk nun jauh di bawah.

Mendekati ibu kota Soppeng, Watansoppeng, dan di hampir semua ruas jalan di dalam kota, tampak jalan-jalan yang teduh dengan deretan pohon asam dan pohon lainnya di sisi kiri-kanan jalan. Di Watansoppeng sendiri, selain menyaksikan kehidupan kalong, kunjungan bisa dimulai dengan melihat-lihat Villa Yuliana, sebuah bangunan bergaya perpaduan Eropa dan Bugis yang dibangun CA Krosen pada tahun 1905. Vila ini merupakan bangunan kembar yang kembarannya berada di Nederland, Belanda. Berhadapan dengan Villa Yuliana ada kompleks Istana Datu Soppeng yang dibangun sekitar tahun 1261 pada masa pemerintahan Raja Soppeng I Latemmamala yang bergelar Petta BakkaE.

Di dalam kompleks ini terdapat sejumlah bangunan, di antaranya Bola RidiE (rumah kuning), tempat penyimpanan berbagai benda atribut Kerajaan Soppeng. Ada juga SalassaE, yakni bekas Istana Datu Soppeng, dan Menhir Latammapole yang dulunya adalah tempat menjalani hukuman bagi pelanggar adat.
SEBAGAI salah satu bekas kerajaan sebagaimana tertulis  dalam Lontara Bugis (tulisan kuno orang Bugis), Kota Soppeng  merupakan bekas kota kerajaan masa lampau yang memiliki wilayah kekuasaan dan pengaruh yang cukup  luas, sejumlah bangunan dan makam bersejarah lainnya dapat dijumpai di Soppeng. Ini di antaranya Makam Jera LompoE, yakni makam raja-raja/Datu Soppeng, Luwu, dan Sidenreng pada abad XVII yang terletak di Kelurahan Bila, Kecamatan Lalabata (satu kilometer utara Watansoppeng). 

Dari bentuknya, makam ini merupakan perpaduan pengaruh Hindu dan Islam. Masih ada lagi kompleks makam lain, di antaranya Makam KalokoE Watu di mana terdapat We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.
Melanjutkan perjalanan ke arah utara Watansoppeng (12 kilometer), kita akan sampai di pusat persuteraan alam Ta’juncu. Sejak dulu, Ta’juncu sudah terkenal dengan kegiatan persuteraan alam. Dimulai sekitar tahun 1960-an, dan sutera alam Ta’juncu mencapai puncaknya tahun 1970-an. Selain melihat areal pertanaman murbei, kita juga akan melihat aktivitas persuteraan yang meliputi pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, hingga pertenunan yang masih menggunakan alat tenun tradisional. Bagi yang suka mengoleksi sutera, beragam pilihan kain, sarung, hingga baju bodo (baju adat untuk perempuan Bugis/Makassar) dapat dibeli di sini. Soal harga, tentulah murah. 

Bila sudah penat berjalan-jalan seharian, kita bisa memulihkan stamina dengan berendam air panas di Pemandian Air Panas Lejja di Kecamatan Marioriawa (44 kilometer utara Watansoppeng). Perjalanan menuju pemandian ini tak kalah indahnya, karena sepanjang perjalanan berjejer rapi pohon-pohon rimbun di kiri kanan jalan serta persawahan dan pegunungan di kejauhan.
Di pemandian alam ini selain terdapat sumber air panas, tersedia tiga kolam besar untuk berendam. Ketiga-tiganya menawarkan pilihan yang berbeda, yakni air panas, sedang, atau yang hangat. Kalau tidak mau bergabung dengan pengunjung lainnya, tinggal memilih tempat berendam VIP yang letaknya agak terpisah dari ketiga kolam pemandian yang ada.

Tersedia lima kolam berukuran kecil yang masing-masing dilengkapi tempat peristirahatan. Lokasi pemandian yang berada di bawah rerimbunan pohon-pohon besar serta suara kicauan burung yang nyaris tiada henti tentu saja membuat acara berendam bertambah asyik. Selain Lejja, masih ada dua pemandian alam lainnya, yakni Ompo dan Citta. Bedanya, di pemandian ini airnya tidak panas, tetapi sejuk dan sangat jernih. Bahkan, dari kedua sumber air ini pula pengusaha setempat membuat air mineral dalam kemasan.
KALAU sudah puas berendam, perjalanan bisa dilanjutkan untuk melihat-lihat kompleks rumah adat Sao Mario di Kelurahan Manorang, Kecamatan Marioriawa. Di kompleks rumah adat Sao Mario, terdapat rumah adat Bugis, Mandar, dan Toraja. Hampir semua rumah, terutama yang berarsitektur Bugis, bertiang 100. Karena itu, masyarakat sekitar menyebutnya dengan bola siratuE. 

Selain itu, juga terdapat sebuah rumah lontar yang dinding, lantai, tiang, rangka serta perabotan berbahan baku lontar. Kendati bukan rumah bersejarah, tetapi rumah-rumah adat di sini berisi penuh dengan barang-barang antik bernilai tinggi. Barang-barang antik dan bersejarah ini sebagian di antaranya adalah barang peninggalan dari beberapa kerajaan di Indonesia. Barang-barang yang dapat dilihat antara lain tempat tidur, perangkat meja dan kursi makan, lemari, ratusan guci, perlengkapan makan raja-raja, ratusan senjata tajam berupa badik, parang, pedang, keris, dan lainnya. Kompleks rumah adat ini juga dilengkapi rumah makan berbentuk perahu pinisi.Penasaran dengan keindahan kota Kalong ini? Berkunjunglah… anda pasti puas :) 

(Tulisan  Qiya Dolphin, sumber :http://www.facebook.com/notes/qiya-dolphin/kota-kalong-kota-kelahiranku/257817297586680)