“Seseorang telah membuat keputusan untuk menolong, yang mungkin”benar” bagi dirinya, tapi belum tentu “benar” bagi yang lainnya”
Manusia, suatu ketika menyaksikan sang kupu-kupu yang sedang berusaha keluar dari lubang kepompongnya. Manusia melihat sang kupu-kupu “begitu menderita”, dan melakukan sesuatu yang mustahil tercapai. Lalu timbullah rasa solidaritas Manusia itu untuk menolong dan membebaskan si kupu-kupu. Dihunusnya pedang yang terselip dipunggungnya, lalu memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Manusia begitu lega menyaksikan kupu-kupu bisa”selamat” dari himpitan kepomponnya. Namun, kupu-kupu yang “bebas” itu memiliki tubuh yang gembung, serta sayap-sayapnya mengkerut.
Manusia tidak beranjak dari tempat itu. Terus saja mengamati sang kupu-kupu, dan berharap sayap kupu-kupu itu akan segera mekar dan melebar, untuk membantu sang kupu-kupu terbang. Namun, semuanya tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu terus merangkak dengan tubuh yang gembung dengan sayap-sayap yang kian mengkerut. Sang kupu-kupu tidak akan bisa terbang untuk selamanya.
Manusia tidak menyadari kalau kepompong yang menghambat perjuangan kupu-kupu melepaskan diri tersebut, adalah jalan Tuhan yang memaksa cairan dari kupu-kupu itu masuk kedalam sayap-sayapnya sedemikian rupa yang akan menguatkan sayap-sayapnya. Sehingga jika sang kupu-kupu terbebas dari lubang kepompong, dia sudah mempunyai sayap yang kuat untuk menerbangkan tubuhnya.
Dalam hidup manusiapun demikian. Membutuhkan banyak perjuangan, Melewati banyak rintangan, yang akan menempa dan mengajari. sehingga jika suatu saat Manusia telah terbebas dari rintangan itu, manusia InsyaAllah akan menjadi pribadi yang kuat. Jiwa yang tidak mudah goyah, Teguh dalam pendirian, tak mudah patah semangat, selalu berfikir positif dan tidak mudah mengalah.
Bagaimana mungkin manusia bisa kuat jika dalam hidupnya tidak pernah menemui kesulitan?
Lalu bagaimana menjadi bijak jika dalam hidup tidak pernah menemui persoalan?
Mungkinkah manusia bisa memiliki keteguhan hati jika dalam hidupnya tidak pernah dihadapkan dalam berbagai pilihan?
Lalu bagaimana tumbuh perasaan cinta dan kasih jika manusia tidak pernah melihat orang lain menderita dan butuh pertolongan?
Dan mustahil pula rasanya jika Manusia mendambahkan kemakmuran jika Tuhan tidak” menghadiahi” otak dan tenaga untuk bekerja.
Kita mungkin tidak bisa mendapatkan setiap apa yang kita inginkan, tapi semoga kita bisa memperoleh apa yang kita butuhkan.
“Hanya orang-orang yang pernah berjalan di gelapnya malam yang akan mengerti indahnya pagi, dan seburuk-buruknya hari, masih pantas untuk dijalani”
Salam,
(Makassar, dalam renungan)
Manusia, suatu ketika menyaksikan sang kupu-kupu yang sedang berusaha keluar dari lubang kepompongnya. Manusia melihat sang kupu-kupu “begitu menderita”, dan melakukan sesuatu yang mustahil tercapai. Lalu timbullah rasa solidaritas Manusia itu untuk menolong dan membebaskan si kupu-kupu. Dihunusnya pedang yang terselip dipunggungnya, lalu memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Manusia begitu lega menyaksikan kupu-kupu bisa”selamat” dari himpitan kepomponnya. Namun, kupu-kupu yang “bebas” itu memiliki tubuh yang gembung, serta sayap-sayapnya mengkerut.
Manusia tidak beranjak dari tempat itu. Terus saja mengamati sang kupu-kupu, dan berharap sayap kupu-kupu itu akan segera mekar dan melebar, untuk membantu sang kupu-kupu terbang. Namun, semuanya tidak akan pernah terjadi. Kenyataannya, kupu-kupu itu terus merangkak dengan tubuh yang gembung dengan sayap-sayap yang kian mengkerut. Sang kupu-kupu tidak akan bisa terbang untuk selamanya.
Manusia tidak menyadari kalau kepompong yang menghambat perjuangan kupu-kupu melepaskan diri tersebut, adalah jalan Tuhan yang memaksa cairan dari kupu-kupu itu masuk kedalam sayap-sayapnya sedemikian rupa yang akan menguatkan sayap-sayapnya. Sehingga jika sang kupu-kupu terbebas dari lubang kepompong, dia sudah mempunyai sayap yang kuat untuk menerbangkan tubuhnya.
Dalam hidup manusiapun demikian. Membutuhkan banyak perjuangan, Melewati banyak rintangan, yang akan menempa dan mengajari. sehingga jika suatu saat Manusia telah terbebas dari rintangan itu, manusia InsyaAllah akan menjadi pribadi yang kuat. Jiwa yang tidak mudah goyah, Teguh dalam pendirian, tak mudah patah semangat, selalu berfikir positif dan tidak mudah mengalah.
Bagaimana mungkin manusia bisa kuat jika dalam hidupnya tidak pernah menemui kesulitan?
Lalu bagaimana menjadi bijak jika dalam hidup tidak pernah menemui persoalan?
Mungkinkah manusia bisa memiliki keteguhan hati jika dalam hidupnya tidak pernah dihadapkan dalam berbagai pilihan?
Lalu bagaimana tumbuh perasaan cinta dan kasih jika manusia tidak pernah melihat orang lain menderita dan butuh pertolongan?
Dan mustahil pula rasanya jika Manusia mendambahkan kemakmuran jika Tuhan tidak” menghadiahi” otak dan tenaga untuk bekerja.
Kita mungkin tidak bisa mendapatkan setiap apa yang kita inginkan, tapi semoga kita bisa memperoleh apa yang kita butuhkan.
“Hanya orang-orang yang pernah berjalan di gelapnya malam yang akan mengerti indahnya pagi, dan seburuk-buruknya hari, masih pantas untuk dijalani”
Salam,
(Makassar, dalam renungan)