Minggu, 25 September 2011

SARIFAH Novel Terbaru Dul Abdul Rahman

                                                                                                                                                                            
Dul Abdul Rahman. Bekerja sebagai sastrawan dan peneliti. Ia menamatkan pendidikan menengahnya di SMA Negeri Bikeru Sinjai Selatan pada 1993. Pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (1993-1998), Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (2001-2002), Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin (2004-2009). Aktif bersastra di Indonesia dan Malaysia.

Tulisan-tulisannya berupa karya sastra, kritik sastra, dan artikel budaya dimuat koran lokal dan nasional di Indonesia dan Malaysia. Buku sastranya yang sudah terbit:
1. Lebaran Kali Ini Hujan Turun (Kumpulan cerpen, Nala Makassar, 2006)
2. Pohon-Pohon Rindu (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2009).
3. Daun-Daun Rindu (Novel, Diva Press Yogyakarta, 2010)
4. Perempuan Poppo (Novel, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2010)
5. Sabda Laut (Novel, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2010)

novel terbaru dul abdul rahman: SARIFAH, Wanita yang Memilih Setia pada Pilihan Hidupnya

Barra Tobarani, Lahajji, Sallasa, dan Mattorang terus mempertahankan tanah dari pihak perkebunan PT Lonsum yang didukung pemerintah. Barra Tobarani berada di garis depan kemudian memprakarsai terbentuknya sebuah LSM demi membebaskan penduduk dari teror yang datang silih berganti. Tapi, usaha itu sepertinya selalu menemui jalan buntu.

Lamakking pun diutus oleh pihak perkebunan untuk menghalau Barra Tobarani dan kawan-kawannya. Lamakking sebenarnya bukanlah tokoh antagonis, tapi ia punya dendam pribadi terhadap Barra Tobarani. Ia tanpaa ragu menjalankan tugasnya demi membalas rasa sakit hatinya. Ia tidak peduli jika akhirnya dirinya hanya akan jauh lebih merasa sakit hati.

Novel ini membawa kita jauh menyeberang hingga Negeri Jiran, Malaysia. Konflik demi konflik datang silih berganti mewarnai perjalanan hidup Barra Tobarani dan Lamakking. Jika Barra Tobarani sibuk memperjuangkan tanahnya, maka Lamakking tidak kalah gigih dalam memperjuangkan cintanya pada Sarifah. Lalu, di mana konflik itu akhirnya berakhir? Kapan segala huru-hara berhenti untuk selamanya?

Temukan jawabnya dalam novel luar biasa ini!!!

(sumber : http://www.darsastra.blogspot.com/)