Kamis, 29 September 2011

Pertiwi

kau tak pernah bicara tentang dirimu
bukan hanya karena kau tak tahu kepada siapa akan bicara,
tetapi juga karena kau tak tahu bagaimana caranya bicara!
padahal kulitmu kian kering kerontang tanpa setetes minyak yang tersisa
padahal kepalamu kian licin mengkilap karena setiap hari rambutmu dicukur
bahkan rambut pengawal kelahiran anakanakmu telah dirambah tangantangan asing
atas izin anakanakmu sendiri.
darah yang sedikit tersisa dalam tubuhmu perlahan menjelma kubangankubangan nanah
di pusarmu telah tertancap tiangtiang baja dan cerobongcerobong raksasa yang tiada lelah
mengirim abu tiada lelah mengirim debu tiada lelah mengirim bau pada matamu pada hidungmu
pada mulutmu pada putingmu pada perutmu pada kemaluanmu pada seluruh tubuhmu yang kian
gemulai meratapi diri dengan mata berkacakaca.
apakah ini bentuk pengorbananmu setelah konon kabarnya anakanakmu telah berjasa melepaskanmu dari belenggu pingitan setelah berabadabad kau ditiduri manusiamanusia asing dan serakah?!
di saat ketika anakanak tetuamu punah terseret takdir, ramairamai anakanak termudamu meraungraung lalu bergelantungan di puting payudaramu yang kini telah disesaki ribuan tiangtiang bendera berjuta warna! mulutmulut anakanak termudamu berebutan menjilat dan menyantap dengan lahap putingputing susumu padahal air susumu kini tinggal sekutip. maka ketika anakanakmu kehabisan susu, anakanakmu akan berubah dari manja menjadi bengis dari manis menjadi garang dari kucingkucing yang cantik menjadi serigalaserigala lapar yang menyemut mencabik dan mengoyak tubuhmu. tubuh ibunya sendiri. tubuh yang telah melahirkan dan membesarkannya.dan pada akhirnya kau dan mungkin juga anakanakmu akan kaku tak bergerak diam dengan mulut menganga seolah ingin menelan bulan yang pucat di atas sana. alangkah ngerinya waktu itu!
(Cafe Biru,Mks 2011)