Skor sementara antara KPK Vs DPR, 1-0 untuk keunggulan KPK. Angka ini diraih setelah Komisi Pemberantaran Korupsi (KPK) berhasil memeriksa empat politikus Senayan dalam kasus suap di Kementrian Transmigrasi. Bukan hanya memeriksa, tetapi KPK telah meringkus tiga tersangka kasus suap dengan barang bukti Rp.1,5 miliar pada tanggal 25 Agustus 2011 lalu.
Selanjutnya, 20 September 2011, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memanggil Ketua Badan Anggaran Melchias Markus Mekeng dan tiga orang wakilnya : Mirwan Amir, Tamsil Linrung dan Olly Dondokambey.
Mendapat serangan yang bertubi-tubi, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melancarkan serangan balasan dan meninggalkan pola bertahan. Rupanya formasi 4-5-1 seperti yang diperagakan Osasuna ketika dillumat oleh Barcelona di Primera Liga, tidak mampu meredam pergerakan lawan, bahkan terkesan memperlihatkan gaya permainan gajah tanpa dapat menciptakan peluang.
Serangan balikpun dilancarkan. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berusaha masuk menusuk pertahanan KPK dengan cara memanggil KPK ke Senayan sebanyak dua kali, dengan dalih untuk berkonsultasi soal mekanisme pembahasan anggaran. Panggilan pertama pun dilayangkan setelah sehari sebelumnya KPK memeriksa empat pimpinan Badan Anggaran sebagai saksi terkait suap di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Setelah serangan balik DPR mentok karena lini pertahanan KPK masih terlalu tangguh, serangan balik kedua pun kembali dilancarkan, bersamaan ketika KPK mengumumkan untuk kembali memeriksa dua Wakil Ketua Badan Anggaran yakni DPR, Tamsil Linrung dan Olly Dondokambey. Sayang, serangan balik DPR yang kedua kembali kandas, karena KPK menolak untuk memenuhi panggilan DPR.
Malahan, KPK berpeluang untuk memperbesar keunggulan setelah Tamsil dan Olly bersedia hadir dan memenuhi panggilan KPK pada 3 Oktober nanti. Bahkan, Tamsil siap-siap angkat topi setelah menyatakan bersedia mundur dari DPR, dengan alasan capek dengan gaya permainan serang-menyerang dalam politik. Hal tersebut tentu saja membuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk sementara berada di atas angin. Selain karena bisa menyeret para politikus DPR, KPK juga berhasil mempertahankan ritme permainan dengan citra yang baik di depan suporter ( baca ; publik), serta berhasil menjaga kerawanan intervensi politik.
Sanggupkah KPK tetap bermain konsisten seperti harapan publik untuk terus mengusut tuntas indikasi korupsi bukan hanya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tetapi juga di lembaga/instansi yang lainnya? Sanggupkah KPK memperlihatkan tajinya untuk meringkus para koruptor bukan hanya koruptor kelas Osasuna tetapi KPK bisa melibas para koruptor sekelas Barcelona?
Menarik untuk terus disimak, mengingat lawan KPK tidak akan pernah berhenti untuk melancarkan serangan balik, seperti manuver Badan Anggaran di Senayan yang "mogok" membahas Rancangan APBN 2012. Semoga KPK bisa tetap bermain konsisten sesuai harapan publik, dan bisa kembali mencetak bola untuk memperbesar keunggulan, mengingat waktu yang tersedia masih sangat panjang. Bravo KPK, jangan kecewakan para suporter yang kini terfokus menyaksikan aksi apik di Senayan***
Selanjutnya, 20 September 2011, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memanggil Ketua Badan Anggaran Melchias Markus Mekeng dan tiga orang wakilnya : Mirwan Amir, Tamsil Linrung dan Olly Dondokambey.
Mendapat serangan yang bertubi-tubi, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melancarkan serangan balasan dan meninggalkan pola bertahan. Rupanya formasi 4-5-1 seperti yang diperagakan Osasuna ketika dillumat oleh Barcelona di Primera Liga, tidak mampu meredam pergerakan lawan, bahkan terkesan memperlihatkan gaya permainan gajah tanpa dapat menciptakan peluang.
Serangan balikpun dilancarkan. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berusaha masuk menusuk pertahanan KPK dengan cara memanggil KPK ke Senayan sebanyak dua kali, dengan dalih untuk berkonsultasi soal mekanisme pembahasan anggaran. Panggilan pertama pun dilayangkan setelah sehari sebelumnya KPK memeriksa empat pimpinan Badan Anggaran sebagai saksi terkait suap di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Setelah serangan balik DPR mentok karena lini pertahanan KPK masih terlalu tangguh, serangan balik kedua pun kembali dilancarkan, bersamaan ketika KPK mengumumkan untuk kembali memeriksa dua Wakil Ketua Badan Anggaran yakni DPR, Tamsil Linrung dan Olly Dondokambey. Sayang, serangan balik DPR yang kedua kembali kandas, karena KPK menolak untuk memenuhi panggilan DPR.
Malahan, KPK berpeluang untuk memperbesar keunggulan setelah Tamsil dan Olly bersedia hadir dan memenuhi panggilan KPK pada 3 Oktober nanti. Bahkan, Tamsil siap-siap angkat topi setelah menyatakan bersedia mundur dari DPR, dengan alasan capek dengan gaya permainan serang-menyerang dalam politik. Hal tersebut tentu saja membuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk sementara berada di atas angin. Selain karena bisa menyeret para politikus DPR, KPK juga berhasil mempertahankan ritme permainan dengan citra yang baik di depan suporter ( baca ; publik), serta berhasil menjaga kerawanan intervensi politik.
Sanggupkah KPK tetap bermain konsisten seperti harapan publik untuk terus mengusut tuntas indikasi korupsi bukan hanya di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tetapi juga di lembaga/instansi yang lainnya? Sanggupkah KPK memperlihatkan tajinya untuk meringkus para koruptor bukan hanya koruptor kelas Osasuna tetapi KPK bisa melibas para koruptor sekelas Barcelona?
Menarik untuk terus disimak, mengingat lawan KPK tidak akan pernah berhenti untuk melancarkan serangan balik, seperti manuver Badan Anggaran di Senayan yang "mogok" membahas Rancangan APBN 2012. Semoga KPK bisa tetap bermain konsisten sesuai harapan publik, dan bisa kembali mencetak bola untuk memperbesar keunggulan, mengingat waktu yang tersedia masih sangat panjang. Bravo KPK, jangan kecewakan para suporter yang kini terfokus menyaksikan aksi apik di Senayan***