Pintu berderik
Ada yang mendekat
Berbisik
Dan menagih janji
Aku tersentak dan meronta
Sepagi ini ia datang?
Sedang butir-butir jagung
Belum jua sempat kutanam
“Datanglah tahun depan!”
Kataku lirih
“Tidak! Tahun depan aku ada janji dengan yang lain.”
Katanya lantang
Lalu ia pergi membawa selembar nyawa
Dalam bungkusan penyesalan yang tiada terkira.
Meninggalkan anak yang kehilangan ayah
Meninggalkan perempuan yang menjadi janda
“Ke mana kau membawaku?”
“Ke puncak hitam!” jawabnya.
[Bulukumba, Agustus 2009]