Jumat, 19 Agustus 2011

SEPI MENYUSUI KENANGAN

sayapsayap senyap menyergap harap
ratap menatap tiap isyarat:
barangkali hidup adalah
terjemahan burung yang lupa jalan pulang
sedang tanah sudah menganga siap melumat
sepotong janji yang belum tunai?

sepi merejan kenangan membayang,
sudah berapa banyak air mata tertuang
berhamburkan untuk sesuatu yang tak kumengerti
dan nyaris siasia mengeja peta yang kelana
kini, ditengah rimbunnya tunastunas puisi

setitik air mata semoga menjadi sandi
kemana burungburung itu (dan mungkin juga aku)
melepas letih menuai janji mengibar panji
: mengawini sepi di punggung purnama

(Kendari, Awal Januari 2007, Harian Radar Bulukumba, 6 Agust 2011)