(Za)
ada sisa tatap membekas di cermin dan daun jendela:
pagi gesit berlari, sedang sisa malam kemarin belum mengirim
baitbait doa pada tangkai angin yang lena. Ribuan janin kata
masih meringkuk dalam rahim puisi yang gerah, siap meletup kapan saja
era kecipak itu terlampau singkat dan waktu bergegas berangkat
meninggalkan ranum gelisah yang mekar di kamar getarku
inginnya aku rangkai tangga lagu sederhana: cermin, jendela dan kau!
tetapi sekali lagi, ada yang begitu gesit berlari sebelum pagi
menebar jala asmaradana di puncak mahabbah
kini, ada yang setia menunggu derik dan ketukan pintu
pada tumpukan kata, lagu tak pernah tercipta
pada gundukan aksara, puisi tak mampu menggema
ketuklah dari arah mana saja, kapan saja
biar janin puisi itu bisa segera menyusui, meletup ke angkasa raya!
(meski pada puting kenangan yang tawar dan sedikit pahit)
ada sisa tatap membekas di cermin dan daun jendela:
pagi gesit berlari, sedang sisa malam kemarin belum mengirim
baitbait doa pada tangkai angin yang lena. Ribuan janin kata
masih meringkuk dalam rahim puisi yang gerah, siap meletup kapan saja
era kecipak itu terlampau singkat dan waktu bergegas berangkat
meninggalkan ranum gelisah yang mekar di kamar getarku
inginnya aku rangkai tangga lagu sederhana: cermin, jendela dan kau!
tetapi sekali lagi, ada yang begitu gesit berlari sebelum pagi
menebar jala asmaradana di puncak mahabbah
kini, ada yang setia menunggu derik dan ketukan pintu
pada tumpukan kata, lagu tak pernah tercipta
pada gundukan aksara, puisi tak mampu menggema
ketuklah dari arah mana saja, kapan saja
biar janin puisi itu bisa segera menyusui, meletup ke angkasa raya!
(meski pada puting kenangan yang tawar dan sedikit pahit)
(Mks, Juli 2009, Harian Radar Bulukumba 6 Agt 2011)